Air minum dalam kemasan bisa jadi merupakan bagian dari kehidupan Anda sehari-hari. Mudah didapat di mana saja, ringkas, dan murah, menjadikan air minum dalam kemasan kini tersedia dalam berbagai merk dan ukuran.
Namun kemudahan ini bukan tanpa risiko, sebagian orang dan beberapa organisasi mulai menyadari efek yang ditimbulkan oleh pemakaian air minum dalam kemasan terutama botol plastik yang digunakan. Tidak hanya mengganggu keseimbangan lingkungan, penggunaan botol plastik juga dapat disebut-sebut dapat membahayakan kesehatan Anda.
KANDUNGAN KIMIA DALAM BOTOL PLASTIK
Pernahkah Anda melihat label “BPA Free” pada botol plastik? Bisphenol A atau biasa dikenal sebagai BPA banyak ditemukan pada produk plastik padat, pelapis pada kemasan kaleng makanan atau susu formula, bahkan bagian yang licin pada struk belanja Anda (BPA berfungsi untuk menstabilkan tinta yang tercetak di kertas struk).
Tujuan digunakannya BPA adalah untuk mengeraskan plastik agar bisa dibentuk, dan praktik ini sudah berlangsung lebih dari 40 tahun lamanya.
Pada 2008, mulai bermunculan informasi terkait bahaya BPA bagi kesehatan. Tanpa Anda sadari, 90% dari populasi manusia bisa jadi memiliki BPA di dalam tubuhnya.
BPA bisa masuk ke dalam tubuh melalui makanan maupun minuman yang diletakkan dalam wadah yang mengandung BPA. Selain itu, udara dan debu juga dapat menyalurkan BPA ke dalam tubuh.
Penelitian terkait efek BPA bagi kesehatan belum terlalu memberikan hasil yang jelas. Kebanyakan studi yang dilakukan adalah studi terhadap hewan, bukan secara langsung mengukur efek BPA pada manusia.
Meskipun sebelumnya Badan Administrasi Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengatakan BPA aman terdapat dalam produk plastik, tetapi semenjak tahun 2010 FDA mulai menyatakan adanya kekhawatiran terhadap efek kesehatan yang mungkin ditimbulkan oleh BPA.
APA SAJA EFEK NEGATIF BPA BAGI KESEHATAN?
Beberapa peneliti meyakini BPA dapat meniru kerja hormon dalam tubuh sehingga mengganggu fungsi hormon yang sebenarnya. Salah satu hormon yang bisa ditiru oleh BPA adalah estrogen. BPA kemudian bisa menghambat atau malah menambah jumlah hormon estrogen dalam tubuh. Karena hormon estrogen berperan dalam perkembangan penyakit kanker payudara jenis reseptor hormon positif, maka BPA kemudian dikatakan dapat menyebabkan kanker terutama kanker payudara.
Berdasarkan beberapa studi terhadap hewan, BPA bisa menyebabkan terganggunya tumbuh dan kembang otak serta kemampuan kognitif janin, bayi, dan anak-anak. Pada sebuah penelitian di tahun 2011, ditemukan bahwa wanita hamil yang memiliki kadar BPA tinggi dalam urinnya cenderung lebih mungkin untuk melahirkan anak perempuan yang memiliki gejala hiperaktif, gugup atau cemas berlebihan, serta depresi. Efek BPA ini tampaknya akan lebih mudah dialami oleh bayi dan anak-anak karena sistem tubuh mereka yang masih belum mampu untuk membuang zat tersebut dari tubuh.
KENAPA MENGGUNAKAN ULANG BOTOL PLASTIK BISA BERBAHAYA?
Tidak hanya kandungan kimia yang terdapat di dalamnya, sama seperti peralatan makan lainnya, botol plastik cenderung menjadi sumber bakteri. Ini terutama dikarenakan penggunaan berulang kali yang kurang memperhatikan kebersihan botol.
Anda mungkin merasa botol hanya berisi air saja dan tidak perlu dicuci karena tidak kotor, padahal hal ini ternyata dapat memicu pertumbuhan bakteri dalam botol.
Kontaminasi bakteri tersebut akan semakin parah jika botol plastik yang Anda gunakan adalah botol plastik yang berasal dari air minum dalam kemasan, di mana sebenarnya jenis botol tersebut tidak disarankan untuk dipakai berulang kali.
Semakin sering digunakan, semakin besar kemungkinan bakteri dapat berkembang biak, bahkan meningkatkan risiko menipisnya lapisan botol plastik sehingga memungkinkan rusaknya lapisan botol dan pada akhirnya memudahkan bakteri masuk ke dalam botol.
Seperti dikutip dari Huffington Post, Richard Wallace, M.D., dari University of Texas Health Center mengungkapkan bahwa leher botol tempat di mana biasanya terjadi kontak dengan mulut merupakan bagian yang banyak mengandung bakteri.
Jika dibiarkan, bakteri ini dapat memberikan efek setara dengan keracunan makanan seperti mual, muntah, bahkan diare.
Jika setelah ini Anda berpikir untuk mencuci botol plastik Anda dengan air panas agar seluruh bakteri yang terdapat dalam botol plastik mati, maka itu juga bukan tindakan yang tepat. Tergantung dari jenis botol plastik yang digunakan, biasanya mencuci botol plastik lebih disarankan menggunakan air hangat.
Tetapi hal tersebut hanya berlaku untuk botol minum isi ulang, bukan botol plastik air minum dalam kemasan. Botol plastik air minum dalam kemasan sebenarnya didesain hanya untuk sekali pakai.
Penggunaan berlebihan bisa merusak fisik botol dan jika botol dipanaskan maka dapat meningkatkan kecepatan komponen dan senyawa-senyawa kimia ‘berpindah’ dari plastik ke air minum Anda. Itu juga mengapa sebaiknya Anda tidak meninggalkan botol plastik berisi air minum pada tempat atau ruangan yang bersuhu tinggi.
| uzone.id