Jumat, 25 Desember 2015

5 Kebohongan Populer yang Sering Dilontarkan Kepada Anak

Ilustrasi
Berbohong dan dibohongi seolah menjadi lingkaran yang sulit untuk diputuskan. Berawal dari bekal pengalaman masa kecil dibohongi oleh orangtua, kakak, atau orang yang lebih tua seolah menjadi alasan mengapa Anda kini harus melakukan kebohongan itu sendiri.

Ketika ditanya, selalu ada alasan yang melatarbelakangi mengapa Anda harus berbohong, salah satunya adanya istilah, "berbohong untuk kebaikan".

Seperti dilansir dari Huffingtonpost, Selasa (22/12/2015), berikut kebohongan yang biasa dilakukan orangtua pada orang-orang yang lebih muda, seperti orangtua pada anaknya, kakak pada adiknya, atau bahkan pada pasangan suami-istri.

1. Tidak punya Uang
Kebohongan ini didasarkan pada kondisi di mana seorang dewasa atau mungkin orangtua merasa mereka hidup pas-pas-an. Ketika ada seorang muda atau mungkin anak meminta uang atau berlibur, kebohongan ini sering terlontar. 

Padahal mereka masih mampu untuk memenuhi kebutuhan lainnya, seperti makan, minum, bayar tagihan kartu kredit, beli pulsa, belanja baju, dan lainnya. Biasanya bagi mereka yang mulai memasuki masa pensiun, alasan ini lebih sering terlontar.

2. Saya dalam Keadaan Baik-baik Saja
Menurut survey, 36 persen orang Amerika tidak memiliki simpanan untuk masa pensiun mereka dan lebih mengandalkan jaminan sosial. Selain itu 47 persen dari orang yang pensiun mengaku, 90 persen pendapatan mereka berasal dari jaminan sosial. 

Untuk hidup di Amerika dengan mengandalkan jaminan sosial rata-rata hanya US$ 1.355 atau sekira Rp 18 juta sebulan dan tidaklah cukup. Namun, banyak para pensiunan yang menyatakan bahwa mereka dalam kondisi baik-baik saja.

3. Saya sedang Sibuk
Sebagian besar anak dan remaja pernah diperdaya dengan alasan orangtua mereka yang sedang sibuk. Alasan bahwa Anda sedang sibuk menjadi bentuk kebohongan yang seringkali terlontar sehingga membuat anak terlantar. 

Padahal, menurut penelitian dari Women's Health Aging Project di Australia, seorang wanita yang menyempatkan satu hari dalam seminggu mengasuh anak atau cucunya akan terhindar dari penyakit Alzheimeir.

4. Saya tidak ingin menjadi Bebas
Secara teknis, hal ini bukan sepenuhnya sebuah kebohongan, tetapi hampir mendekati kebenaran. Kita sebagai orangtua diprogram dengan keinginan agar anak-anak tumbuh dan hidup bahagia. Namun, sayangnya perasaan cemas dan khawatir membuat kita merasa jadi beban untuk anak-anak. Perasaan menjadi latar terlontarnya sebuah kebohongan bahwa Anda tidak ingin menjadi beban untuk mereka.

5. Saya tidak pernah Terlibat dalam Kecelakaan
Mungkin saja ungkapan itu benar adanya, tetapi mengatakan bahwa Anda tidak pernah terlibat dalam kecelakaan akan mendatangkan kesombongan. 

Kita tidak pernah tahu apa yang ada di masa depan. Kata-kata yang dinilai sebagai sebuah kebohongan ini seringkali dilontarkan oleh orang dengan usia yang lebih tua kepada orang muda.
Comments