Selasa, 22 Desember 2015

Berikut adalah Ilmuwan Muslim yang Mampu Mengubah Dunia

Alquran diturunkan kepada manusia bukan hanya sebagai pedoman dan petunjuk bagi kehidupan manusia saja, tapi Alquran juga mengandung berbagai macam ilmu pengetahuan didalamnya. Dan bahkan beberapa ilmuwan sudah ada yang membuktikan kebenaran yang tertera di dalam Alquran.

Sehingga tak jarang jika dulu banyak sekali ilmuwan-ilmuwan muslim yang mampu menyumbangkan inovasinya untuk peradaban manusia. Sebut saja Ibnu Sina dan Khawarij yang karya-karyanya hingga saat ini masih banyak digunakan sebagai referensi bagi para ilmuwan dunia.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman yang terus berganti, sumbangsih dari para ilmuwan muslim ini banyak yang dilupakan. Bahkan umat muslim sendiri banyak yang dibuat lupa dengan berbagai cara.

Sekedar merefresh ingatan saja, berikut ini adalah para ilmuwan muslim yang mampu mengubah dunia dengan penemuannya:

1. Aljabar
Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al-Khwarizmi
Aljabar adalah cabang matematika yang dapat dicirikan sebagai generalisasi dari bidang aritmatika. Aljabar berasal dari Bahasa Arab "Al-Jabr" yang berarti "pertemuan","hubungan" atau bisa juga "penyelesaian". 

Matematika adalah sebuah ilmu pasti yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Setiap hari kita pasti selalu berhubungan dengan matematika. Namun mata pelajaran ini menjadi mata pelajaran yang sangat dibenci oleh kebanyakan siswa.

Al-Jabar yang ditemukan oleh Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al-Khwarizmi (780-850 M), sering disebut dengan sebutan matematika yang sering digunakan oleh orang-orang zaman dulu. Namun saat ini, kita dibiasakan menyebutnya dengan nama matematika.

Selain itu dia juga, merupakan intelektual muslim yang mahir dan terkemuka, menyumbangkan karyanya di bidang matematika, geometri, musik dan sejarah. Bukan hanya itu saja, Ia juga merupakan ilmuwan astronomi sekaligus ilmu bumi. Jasa beliau sangat besar dalam mendirikan fondasi matematika modern yang kita lihat dewasa ini, dan termasuk pengembang ilmu geometri dengan angka-angka untuk persamaan kuadrat serta juga sebagai penemu angka “penting” di dunia ini,

Dalam Al-Kitab Al-Mukhtaar Fi IIsab Al-jabr Wa-l-Muqabala (The Compendious Book on Calculation by Completion and Balancing), Khawarizmi menyusun empat prinsip dasar persamaan Aljabar.

Kata ‘Al-Jabr’ sendiri memiliki arti ‘selesai’. Pada awalnya, penemuan ini hanya digunakan untuk memecahkan masalah di kehidupan nyata seperti perhitungan zakat, pembagian warisan dan lain-lain. Kemudian, pada tahun 1.000 – 1100 masehi, buku karya Khawarizmi ini diterjemahkan kedalam bahasa Latin. Karya ilmuwan muslim ini lebih dikenal dengan sebutan Algoritma. Mungkin, tanpa temuan dari Khawarizmi, aplikasi modern matematika seperti di bidang teknik mungkin takkan pernah ada.


2. Madrasah
Fatima Al-Fihri di Fes
Islam sangat berperan besar dalam peradaban dunia, pada awal berdirinya Islam masjid berperan ganda. Selain sebagai tempat ibadah bagi umat Islam, masjid juga berperan sebagai sekolahan.

Seiring dengan membesarnya umat Islam, para pendidik membutuhkan lembaga formal pendidikan bagi anak-anak. Kemudian tercetus nama Madrasah dipakai untuk lembaga formal itu.

Madrasah formal yang pertama berdiri adalah al-Karaouine yang dibangun pada 859 M oleh Fatima Al-Fihri di Fes, Marok. Sekolah ini bisa menarik perhatian dari anak didik dari Afrika Utara.

Pada madrasah tersebut juga diperkenalkan konsep ijazah sebagai bukti kelulusan seorang murid yang dianggap telah mengerti dan menguasai materi pendidian.

3. Marching Band
Ilustrasi
Marching band biasa dimainkan oleh para prajurit militer. Namun, siapa sangka jika ternyata konsep dari marching band ini berasal dari dunia Islam.

Adalah pasukan elit Janissary yang masih menjadi bagian dari kerajaan Ottoman. Oleh kerajaan itu, sebuah tim marching sengaja dibentuk untuk memainkan musik dengan keras di sebuah laga pertempuran. Tujuannya untuk menakuti musuh secara psikologis sekaligus memompa semangat para prajurit.

Kemudian konsep tim marching militer tersebut ditiru oleh pasukan militer Eropa untuk menakuti para musuhnya.

4. Konsep Fotografi
Ibnu Al-Haytham
Pernahkah Anda membayangkan bagaimana jika dunia ini tanpa fotografi? tentu dunia ini akan tampak berbeda. Untuk itu, kita patut berterimakasih kepada Abu Ali Muhammad Al-Hassan Ibnu al-Haitham atau Ibnu Haitham.

Ia adalah seorang ilmuwan muslim yang gemar melakukan penelitian. Ia juga mengembangkan konsep titik cahaya sekaligus untuk pertama kalinya menggambarkan cara kerja dari kamera.

Pada awal 1.000 M, Ibnu Al-Haytham merupakan salah satu ilmuwan besar yang bekerja pada pusat Kerajaan Kairo. Al-Haytham merupakan ilmuwan pertama yang menyadari jika sebuah lubang kecil ditempatkan disebuah kotak bercahaya, bayangnya dari cahaya yang keluar dari gambar diproyeksikan melalui lubang tersebut dan menciptakan gambar di dinding.

Dalam penelitiannya tersebut, dia menyadari semakin kecil lubang cahaya, maka akan semakin tajam kualitas gambar yang muncul.

Mungkin tanpa temuan al-Khaytam ini takkan ada yang namanya kamera modern yang bisa digenggam masyarakat era digital seperti saat ini.
Comments